IBX582A7DF8CA9F4 IBX582A7E48D759A Mengolah Limbah Rumah Tangga Menjadi Pupuk Organik - URBAN HIDROPONIK

Header Ads

Mengolah Limbah Rumah Tangga Menjadi Pupuk Organik

Urban Hidroponik - Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah (Permentan No. 2/Pert/Hk.060/2/2006).

Manfaat pupuk organik secara fisik memperbaiki struktur dan meningkatkan kapasitas tanah menyimpan air, secara kimiawi meningkatkan daya sangga tanah terhadap perubahan pH, meningkatkan kapasitas tukar kation, menurunkan fiksasi P dan sebagai reservoir unsur hara sekunder dan unsur mikro.

Membuat Pupuk Organik dari Limbah Rumah Tangga


Di perkotaan yang berpenduduk padat sebagian besar sampah pemukiman (rumah tangga) berupa sampah organik mencapai 78 %. Sampah organik ini umumnya bersifat biodegradable, yaitu dapat terurai menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana oleh aktivitas mikroorganisme tanah.

Mendaur ulang limbah perkotaan dari sampah rumah tangga menjadi pupuk organik (kompos) penting untuk mengurangi dampak pencemarannya. Dampak dari sampah tersebut antara lain tercemarnya air yang disebabkan oleh air sampah (leachate), tercemarnya udara yang disebabkan oleh udara busuk yang dapat menimbulkan wabah penyakit.
Syarat Mutu Pupuk Organik
Syarat mutu yang ditetapkan dalam permentan No. 28/Permentan/SR. 130/5/2009 tentang persyaratan teknis minimal pupuk organik adalah pH, kandungan C-Organik (Walkley & Black), N-total (Kjedldahl), C/N rasio, unsur makro dan mikro. C/N rasio sudah memenuhi standar pupuk organik yang telah dipersyaratkan yakni < 25,0 sedang C-organik dalam pupuk padat minimal 15 %.

C-organik zat arang atau karbon yang terdapat dalam bahan organik merupakan sumber energi bagi mikroorganisme. Dalam proses pencernaan oleh mikroorganisme terjadi reaksi pembakaran antara unsur karbon dan oksigen menjadi kalori dan karbon diokida (CO₂).

Karbon dioksida ini akan dilepas menjadi gas, kemudian unsur nitrogen yang terurai ditangkap mikroorganisme untuk membangun tubuhnya. Pada waktu mikroorganisme mati unsur nitrogen akan tinggal bersama kompos dan menjadi sumber nutrisi bagi tanaman.

Kandungan C-organik yang dipersyaratkan untuk memenuhi pupuk organik menurut Permentan No. 28/Permentan/SR. 130/5/2009 adalah diatas 12 %.

Manfaat Pupuk Organik
Manfaat kompos dari sampah rumah tangga adalah :
  • Menghemat biaya pemakaian lahan tempat pembuangan akhir (TPA) sampah lebih dari 50%, karena seluruh sampah organik diolah lagi dan dimanfaatkan untuk kebutuhan pertanian dalam skala luas. 
  • Pengolahan sampah organik tidak mencemari lingkungan, sehingga polusi air, tanah dan udara dapat berkurang. 
  • Sampah organik yang diolah secara baik dapat memberikan sumber pendapatan dan lapangan pekerjaan untuk industri pupuk organik. 
  • TPA dapat dijadikan sekolah lapang untuk mempelajari cara pengelolaan sampah yang baik 
Kandungan Hara Pupuk Organik
Untuk menggunakan sampah rumah tangga menjadi pupuk organik harus mengalami proses pengomposan terlebih dahulu dengan beberapa alasan, antara lain :
  • Apabila tanah mengandung cukup udara dan air, penguraian bahan organik berlangsung cepat, sehingga mengganggu pertumbuhan tanaman 
  • Penguraian bahan segar hanya sedikit sekali memasok humus dan unsur hara ke dalam tanah 
  • Struktur bahan organik segar sangat kasar dan daya serap terhadap air kecil sehingga bila langsung dibenamkan akan menyebabkan tanah remah 
  • Pembuatan kompos dengan memanfaatkan sampah rumah tangga merupakan cara penyimpanan bahan organik sebelum digunakan sebagai pupuk 
Analisa kimia pupuk organik dari sampah rumah tangga dengan berbagai macam dekomposer dan bahan campuran lainnya disajikan pada tabel berikut:
No.
Komposisi
Analisis
pH
C-organik
(%)
N-total
(%)
C/N
ratio
P₂O₅
(%)
K₂O
(%)
NaCaMg
1.Limbah organik (sampah rumah tangga0 100% ₊ promi8,418,171,5713,561,091,390,484,060,58
2.Limbah organik (sampah rumah tangga) 100% ₊ EM-₄8,315,411,5612,041,061,670,484,860,83
3.Limbah organik (sampah rumah tangga) 100% ₊ promi ₊pupuk kandang ₊dedak ₊ tetes8,018,891,2917,331,091,220,465,330,63
4.Limbah organik (sampah rumah tangga) 100% ₊EM-₄ ₊pupuk kandang ₊ dedak ₊ tetes7,918,111,2916,461,051,170,414,500,57
5.Limbah organik (sampah rumah tangga) 100% ₊ superdegra ₊ pupuk kandang ₊ dedak ₊ tetes 6,915,460,9916,270,772,130,543,180,47
Nilai kritis rasio C/N bahan organik untuk terjadinya dekomposisi adalah dibawah 30, di atas nilai tersebut bahan organik akan sulit terdekomposisi. Besarnya C/N ratio mudah tidaknya bahan organik terdekomposisi. Rasio C/N tinggi menunjukkan adanya bahan tanah lapuk yang relatif banyak (misalnya selulosa, lemak dan lilin), semakin kecil nilai rasio C/N semakin mudah bahan organik terdekomposisi.

Saat pembuatan kompos terjadi berbagai perubahan yang dilakukan oleh jasad-jasad renik. Perubahan tersebut dipengaruhi oleh : 
  • Susunan bahan kompos dari campuran berbagai macam bahan tanaman, proses penguraiannya relatif lebih cepat daripada yang berasal dari tanaman sejenis 
  • Ukuran bahan semakin kecil ukuran bahan asalnya, semakin cepat proses penguraian bahan. Ukuran ideal potongan bahan mentah sekitar 4 cm. Jika potonngan terlalu kecil timbunan menjadi padat sehingga tidak ada sirkulasi udara 
  • Suhu optimal pengomposan berlangsung optimum pada suhu 30 – 45 °C 
  • Derajat keasaman atau pH pada tumpukan kompos diharapkan 6,5 – 8,0, pH pada tumpukan kompos tidak boleh terlalu rendah sehingga perlu ditaburi abu atau kapur 
  • Kandungan air dan oksigen (O₂), idealnya adalah 50 – 70 % 
  • Kandungan Nitrogen (N) yang lebih banyak 
  • C/N rasio, yang merupakan faktor penting dimana besarnya nilai rasio C/N bergantung pada jenis sampah 
Pembuatan Pupuk OrganikKomposisi pupuk organik yang dibuat dari sampah rumah tangga adalah :
  • Limbah organik sampah rumah tangga (mudah busuk, mudah terurai dan mudah hancur) seperti sisa makanan, sisa ikan, sayur-sayuran, kulit buah dan lain-lain sebanyak 280-300 kg/4 -5 gerobak sampah 
  • Aktivator/dekomposer, EM-₄ sebanyak 400 ml atau promi 300 g. 
  • Kotoran kambing untuk mempercepat dekomposisi bahan organik yang berasal dari limbah organik, sebanyak 30 kg. 
  • Tetes (molasses) mempunyai komposisi yang penting yaitu TSAI (Total Sugar As Invert) atau gabungan dari sukrosa dan gula reduksi. Tetes sebanyak 1 liter disiramkan ke bahan sampah sebanyak 280-300 kg/ 4-5 gerobak sampah 
  • Dedak padi, sebanyak 5 kg kemudian disiramkan ke bahan sampah sebanyak 280-300 kg/4-5 gerobak sampah 
Pengelolaan sampah rumah tangga juga dapat dilakukan secara individu maupun kelompok. Proses pengomposan rumah tangga adalah sebagai berikut :
  • Timbang pupuk kandang sebanyak 30 kg lalu disiram ke bahan sampah 280-300 kg 4-5 gerobak sampah 
  • Timbang dedak sebanyak 5 kg kemudian disiramkan ke bahan sampah sebanyak 280-300 kg/4-5 gerobak sampah 
  • Campurkan tetes sebanyak 1 liter dan larutkan aktivator / dekomposer EM-₄ sebanyak 400 ml atau Promi 300 gram dalam 6 liter air bersih, diaduk sampai rata dan disiramkan ke sampah dengan kapasitas 280 – 300 kg/ 4 – 5 gerobak sampah 
  • Pencetakan, sampah diaduk sampai rata kemudian dicetak di mesin pencetak yang telah disediakan sesuai kebutuhan (ukuran cetakan ± 180 x 120 x 60 cm) kemudian diinjak-injak 
  • Selanjutnya diberi pipa PVC atau bambu dan diberi lombang sebagai rongga udara 
  • Pengukuran suhu dilakukan tiap hari dengan menggunakan termometer alkohol selama ± 1 – 2 menit yang ditancapkan pada sampah yang sudah dicetak dengan ketentuan : 
Hari ke-3 pertama ukuran suhu (<50°C) tumpukan dibalik dan disiram
Hari ke-6 ukuran suhu (<50°C) tumpukan dibalik dan disiram
Hari ke-9 ukuran suhu (<50°C) tumpukan dibalik dan disiram
Hari ke-13 masuk pematangan kompos ukuran suhu (<50°C) tumpukan dibalik dan disiram
Hari ke-16 masuk pematangan kompos ukuran suhu (<50°C) tumpukan dibalik
Hari ke-19 masuk pematangan kompos ukuran suhu (<50°C) tumpukan dibalik
Proses pematangan sesuai pelaksanaan di lapangan yaitu 22-28 hari atau sebagai lanjutan pelaksanaan proses pelapukan dan pematangan lanjutan dengan ukuran suhu (<50°C/55°C) dibalik tanpa disiram
Hari ke-21 sampai hari ke-28 pendinginan dilanjutkan dengan penghamparan sampai pupuk benar-benar kering
  • Setelah hamparan kering dilanjutkan dengan pengayakan untuk mengghasilkan kompos halus 
Sumber:
Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.