IBX582A7DF8CA9F4 IBX582A7E48D759A Kebun-Kebun Lorong Kota, Menyihir Beton Menjadi Ladang Pertanian Produktif - URBAN HIDROPONIK

Header Ads

Kebun-Kebun Lorong Kota, Menyihir Beton Menjadi Ladang Pertanian Produktif

Urban Hidroponik - Ketika kami bepergian ke beberapa kota besar, khususnya kawasan padat penduduk, di sana nyaris sulit menemukan lahan-lahan yang tersisa yang bisa dijadikan kebun. Ada pun satu dua lahan di depan rumah penduduk, sudah penuh digunakan garasi motor, tempat jemuran, area parkir gerobak, dan sebagainya. Satu-satunya lahan yang ada adalah lahan vertikal, berupa dinding dan pagar. Lahan vertikal yang berupa lorong-lorong kota.

Lorong-lorong kota tersebut, sebagian besar habis ditumbuhi goresan-goresan cat semprot, di titik-titik tertentu lorong itu menjadi tempat mejeng gundukan sampah, di titik lain ada yang kental dengan aroma bau pesing. Sedemikian getirkah lorong kota?

Memanfaatkan Lorong Kota untuk Urban Farming


Lorong kota tidak boleh lebih lama lagi dibiarkan berdandan seram dan getir, butuh anak-anak muda kreatif yang mau memberinya sentuhan magis, sentuhan yang bisa mengubah kegetiran menjadi kedamaian, mengubah beton menjadi perkebunan. Ya, anak-anak muda kota bisa melakukan itu, mengubah lorong menjadi lahan lorong kota pertanian produktif.

Tentu dalam hal ini aparatur terkait mesti terlibat, tidak bisa berpangku tangan saja, masyarakat dan lembaga baik pemerinntah dan swasta harus bersinergi agar bisa menciptakan lorong kota yang hijau, damai, dan produktif.

Contoh urban farming di lorong kota yang sudah berhasil mungkin bisa kita lihat di kota Makassar dengan Bulo-nya (Badan Usaha Lorong) di mana masyarakat yang berada di kawasan tersebut (yang notabene masyarakat pra-sejahtera) melakukan inovasi luar biasa dengan cara menyihir lorong menjadi kebun produktif.

Bukan hal yang mustahil untuk melakukan terobosan seperti di atas, di beberapa kota lain juga sudah dilakukan, hanya saja baru beberapa yang berhasil, sebagian besar masih bersifat seremonial/artifisial di mana-mana kebun-kebun lorong sekadar difungsikan sebagai aspek estetis belaka, untuk keperluan pemandangan yang resik saja, itupun banyak di antaranya yang mati di tengah jalan.

Alangkah lebih segarnya bila kebun-kebun lorong itu diganti dengan tanaman pangan produktif yang hasilnya bisa dipetik, bisa dikonsumsi, misalnya menanam cabai, bawang merah, tomat, terung dan lainnya. Bahkan bila proses pengelolaannya benar dan konsisten, kebun-kebun lorong bisa menjadi kebun-kebun yang tak kalah dengan perkebunan di pedesaan, artinya bisa memberikan hasil panen yang banyak dan memberikan income yang besar.

Siapa yang Harus Bergerak?
Semua pihak harus turun ke lorong dan memainkan peran masing-masing. Masyarakat berperan sebagai pengurus kebun, menjaganya, memeliharanya. Pemerintah berperan sebagai pendamping, penyuluh, pengorganisir, pemberi dana. Pihak swasta pun harus dipaksa untuk terlibat dan mendapatkan peran yang sama.


Bila semua berjalan sinergis, maka lorong-lorong kota dalam jangka waktu beberapa tahun ke depan akan menjadi lorong-lorong segar, hijau, damai. Kota siapakah itu?

Sumber gambar:
https://elshinta.com/upload/article/_3329824576.jpg
http://www.makassarsatu.com/wp-content/uploads/2016/02/JK.jpg
http://liputanutama.com/media/2016/08/lorong-garden-1.jpg

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.